Beberapa waktu lalu, ada seorang anak gadis yang komen di postingan saya, tapi saya lupa postingan yang mana, tadi udah ngubek-ngubek ngga nemu. Intinya, dia paling ngga suka sama pekerja di kantor yang selalu berpendapat bahwa pekerja yang masih single harusnya bisa kerja lebih lama, karena mereka punya waktu lebih banyak.
Waaah, kok saya langsung merasa ditampol, soalnya kadang saya juga sering berfikir gitu sih. Berfikir bahwa seharusnya rekan kerja yang belum berkeluarga, semestinya performa kerjanya lebih ces plang, karena kan doi ngga punya keterbatasan waktu. Beda dengan pekerja apalagi ibu-ibu yang harus mikirin anaklah, suamilah, arisan, undangan, hwaaa banyak deh. Makanya kalau melihat pekerja single di kantor ogah-ogahan kerjanya, dalam hati agak membatin " ih percuma masih muda, ngga produktif gitu", Iyaa kadang (kadang?) saya suka membatin begitu.
(Baca : Stereotype Banker )
(Baca : Stereotype Banker )
Tapi gara-gara baca komen si eneng, jadi kepikiran, " Lho ternyata para pekerja single juga punya uneg-uneg sendiri soal pekerja yang udah berkeluarga, hahahah"
Dunia.... oh duniaaa
Jadi, pengen ngasih tau kepada para pekerja single, bagaimana isi hati kami ini, terutama para working mom yang masih punya balita unyu-unyu di rumah. Mohon maklumi kami, jika kami melakukan hal-hal ini :
1. Pulang Always Teng Go
Bagi kami, meninggalkan rumah dari jam 7 pagi sampai jam 5 sore itu adalah batas maksimal yang bisa kami berikan untuk waktu profesional kami sebagai working mom. Bolehlah molor sejaman, lebih dari ? bersiaplah melihat taring kami keluar.
Memang kami meninggalkan anak di rumah bersama pengasuh yang kami percayai, tapi daripada menghabiskan waktu sejam dua jam lagi di kantor, kami lebih memilih untuk segera terbang ke rumah untuk gantian mengasuh anak kami itu.
(Baca : Nitipin Anak Sama ART? )
(Baca : Nitipin Anak Sama ART? )
Percayalah, bukan karena kami tidak ingin mengobrol dengan kalian, atau tidak ingin kongkow-kongkow sambil ngupi-ngupi cantik seperti kalian, tapi kami sudah memiliki prioritas lain yang harus diutamakan.
So gaes, jangan bilang kami ngga asik dan egois karena selalu hilang begitu jam menunjukkan pukul 5 WIB lebih lebih dikit.
Tapi kalaupun kalian bilang kami ngga asik, kami ngga peduli, karena asik ngga asik versi kita memang sudah berbeda.
2. Begitu Selesai Jam Kantor Kami Seperti Lenyap Ditelan Bumi
Saat kalian telfon, hape kami berdering tapi ngga diangkat. Kalian SMS, kami ngga bales. Chat di Group WA pun cuma centang doang.
Bagi kami, begitu kaki menginjak pagar rumah, maka peran wanita karir pun tanggal begitu saja. Kami kembali jadi ibu, jadi bunda, jadi mama, yang ogah banget kalau harus diganggu oleh telfon yang bertanya tentang berapa posisi NPL terakhir, siapa debitur yang masih nunggak?
Maaf yah kalau kalian harus cari datanya sendiri. Kan kalian single, belum ada yang ngerecokin.
3. Ngomel Kalau Disuruh Lembur atau Kerja saat Weekend
Weekend itu kami udah planning buat ngajak anak ke time zone, mau beli baju anak, mau ngajak dia ke rumah omanya. So kalau tiba-tiba manajemen meminta kami masuk kantor saat weekend, mohon maaf lahir batin, kami bakal ngomel dari pagi sampai sore, lanjut besoknya lagi. Ngga hanya ngomel, sangat sangat kecil kemungkinan kami akan menunjukkan batang hidung kami di Sabtu atau Minggu yang cerah ceria.
(Baca : Me Time )
(Baca : Me Time )
Bukaaan... bukan karena kami ingin membiarkan kalian bekerja sendiri, atau tega ngga masuk dalam team work, tapi... tapi....biarlah kalian saja yang hepi-hepi ya, karena kerja saat single itu kan emang hepi banget..
Besar kemungkinan, tadi malam anak kami lagi demam. Sepanjang malam kami begadang. Oya, sebenarnya setiap malam juga kami pasti terbangun sih, entah untuk buatin susu, entah anak kami yang tiba-tiba ngajak main kuda-kudaan (keluarga macam apa ini).
Dan tadi pagi, saat meninggalkan rumah, kami sudah menguatkan diri kalau demamnya anak kami itu cuma demam biasa, demam karena mau pinter, kata orangtua " Boli Boli". Tapi, sesantai-santainya kami, tetep pikiran tak lepas dari rumah.
" Masih demamkah? tambah tinggi kah demamnya"
" Mau makan ngga ya?"
" Mau minum susu ngga ya"
Jadi saat kalian melihat kami tiba-tiba tertidur di meja, atau bolak-balik nelfon ke rumah, jangan sebal pada kami. Karena kalau boleh memilih, kami inginnya di rumah saja saat itu. Lagian toh itu ngga terjadi setiap saat.
( Baca : Tara Kena Invaginasi )
( Baca : Tara Kena Invaginasi )
5. Tiba-Tiba Ngga Masuk Kantor Tanpa Kabar Terlebih Dahulu
Bully kami, bully kami kalau kalian anggap kami ngga profesional. Tiba-tiba di suatu Senin yang hectic, sampai jam 8 pagi, tidak terlihat tanda-tanda meja kami bakal berpenghuni.
Kalau itu terjadi, besar kemungkinan ART kami kabur dari rumah, atau belum balik dari mudiknya.
(Baca : Drama ART )
Atau mungkin kami lagi sibuk di rumah menggendong anak kami yang lagi demam tinggi, yang ngga mau lepas dari pelukan kami, yang sepanjang malam manggil " bunda... bunda..." terus.
(Baca : Drama ART )
Atau mungkin kami lagi sibuk di rumah menggendong anak kami yang lagi demam tinggi, yang ngga mau lepas dari pelukan kami, yang sepanjang malam manggil " bunda... bunda..." terus.
Kami tau, pagi ini ada rapat penting, ada laporan yang harus dipresentasikan, ada direksi yang mau datang, bahkan ada presiden yang mau berkunjung. Bagi kami semua itu seperti serpihan kulit ari kacang di toples tupperware, ngga berarti dibanding perasaan kami saat itu.
Kalau sampai kami absen ngantor, percayalah, itu berarti tingkat kepanikan kami udah di level 10, karena biasanya kalau cuma panas-panas dikit, kami masih bisa kok mempercayakan mereka ke pengasuhnya.
Seperti orang Medan bilang " Kalau anak sakit, Hilang Sok Awak"
Iya, begitu tadi malam, termo menunjukkan 40 derajat atau lebih, hilang sudah sok awak. Yang biasanya di kantor cerewet, kami jadi pendiam, yang biasanya bisa menghandle berbagai kerjaan seharian, tiba-tiba jadi bego. Hilang sudah kemampuan multitasking kami di kantor, yang ada di rumah kerjaan kami cuma nyusuin dan ngelonin anak doang.
Mandi? errrr..
6. Di Jam-jam Tertentu, Kami Menghilang
Bukaaan, kami ngga kemana-mana kok, kami cuma menghilang sebentar untuk mengeluarkan ASI yang sudah memenuhi payudara kami. Sakit tauk kalau ngga segera di pompa.
Iya, minimal 2 kali kami pasti meninggalkan meja kerja. Kalau kalian berfikir enak sekali kami yang bisa ngadem sejenak, plis ubah dulu pikirannya. Ini semua demi ibu pertiwi, demi generasi bangsa yang sehat dan punya imunitas yang tinggi.
(Baca : 11 Hal yang harus dipersiapkan ibu bekerja untuk sukses asix )
(Baca : 11 Hal yang harus dipersiapkan ibu bekerja untuk sukses asix )
Lagian kalau ada apa-apa, kami masih bisa ditelfon kan?, kan kami pumping sambil main hape #eh.
Kalau kalian sebal, karena kami melakukan enam hal di atas, kami mohon maaf sebelumnya. Percayalah, bagaimanpun terkadang segala sesuatu tiba-tiba di luar control. Kami tidak bisa memprediksi kapan anak kami sakit, kapan dia tumbuh gigi, kapan dia mau pintar jalan. Seprofesional-profesionalnya kami, bagi kami si mungil di rumah yang memanggil kami mama, umi, ibu, bunda tetap tak bisa dikalahkan oleh pekerjaan yang maha penting sekalipun
Resign Aja?
Mungkin pernah terbersit di pikiran kalian hal itu. Kok ga resign aja sih.
Percayalah,kami pun memikirkannya.
Saat anak sakit, saat ART ngga balik, rasanya saat itu juga kami ingin menandatangani surat resign. Tapi kadang, hidup memang ngga semudah itu.
Ada denda yang harus kami tebus, ada mimpi-mimpi yang ingin dicapai, ada perasaan ortu yang harus dipikirkan. ada cicilan tupperware,panci, lipstik yang harus dibayar. dan tentu saja karena kami mencintai pekerjaan ini. Ada banyaklah pertimbangan yang harus dianalisa.
Tenang aja, semua ada waktunya kok.
Bagi kalian para rekan kerja tercinta, mohon maklumi ulah kami selama ini. dan terima kasih selama ini sudah begitu pengertian. Maaf kalau kami kadang membuat kalian sebal.
love you mmuah
Baca lanjutannya disini
Resign Aja?
Mungkin pernah terbersit di pikiran kalian hal itu. Kok ga resign aja sih.
Percayalah,kami pun memikirkannya.
Saat anak sakit, saat ART ngga balik, rasanya saat itu juga kami ingin menandatangani surat resign. Tapi kadang, hidup memang ngga semudah itu.
Ada denda yang harus kami tebus, ada mimpi-mimpi yang ingin dicapai, ada perasaan ortu yang harus dipikirkan. ada cicilan tupperware,panci, lipstik yang harus dibayar. dan tentu saja karena kami mencintai pekerjaan ini. Ada banyaklah pertimbangan yang harus dianalisa.
Tenang aja, semua ada waktunya kok.
Bagi kalian para rekan kerja tercinta, mohon maklumi ulah kami selama ini. dan terima kasih selama ini sudah begitu pengertian. Maaf kalau kami kadang membuat kalian sebal.
love you mmuah
Baca lanjutannya disini