Ini kisah terjadi beberapa tahun silam. Saat saya masih menetap di Jakarta, tinggal terpisah dari suami dan sering wara-wiri untuk tujuan dinas.
Udah ala FTP belum mukaddimahnya.
Iya, tahun 2011 ke 2012 kan masa-masa dimana saya banyak melakukan perjalanan yang berhubungan dengan pekerjaan. Eh, itu masih bisa disebut travelling bukan sih?
Terserahlah ya mau dibilang travelling atau ngga, yang pasti kan itu memang sebuah perjalanan.
Bagi saya hidup itu adalah sebuah perjalanan. Makanya saat melakukan perjalanan saya selalu berusaha menikmati setiap momennya. Dimana momen terbesar dari perjalanan saya adalah tidur. Abaikanlah kalimat pembuka tidak penting ini.
Jadi.. begini ceritanya.
Kala itu saya ditugaskan kantor untuk sosialisasi sebuah kebijakan perkreditan di Surabaya.
Dari sekian banyak perjalanan dinas yang pernah saya lakukan, perjalanan dinas saya kali ini termasuk dalam kategori yang terburuk.
Dimulai dari saya dicuekin sama staff yang saya datangi di Kanwil Surabaya. Males nyeritainnya, soalnya udah lama juga yah, jangan-jangan orangnya udah resign. Kemudian saat akan pulang, pesawat yang rute seharusnya adalah Surabaya-Jakarta-Medan, tiba-tiba berubah menjadi Surabaya-Yogyakarta-Jakarta-Medan. Beuugh berarti semakin jauh jarak yang harus tempuh dan semakin lama waktu saya di dalam pesawat. Saya termasuk orang yang tidak tahan berlama-lama di dalam pesawat, bosen, bete. Kecuali naik Garuda yah, bisa betah saya, xixixi. Maklumlah dulu mah kalau ada SPJ pasti digunakan sekalian untuk pulang ke Medan, jadi naik maskapai yang harganya bersahabat aja biar ga tekor.
Tiba di Soetta, ternyata pesawat saya ke Medan delay selama 3 jam. Oh sempurnalah sudah hari saya. Udahlah lama, makin lama lagi.
Sambil menunggu waktu keberangkatan saya menuju ke executive Lounge, dan tampaknya kesabaran saya masih harus diuji dengan kartu kredit yang sudah tidak bisa digunakan untuk check in di Exc Lounge karena dalam bulan itu saya sudah mencapai batas maksimal gratisan nya , malu deh jadinya. Ya seingat saya memang dalam bulan itu saya banyak bepergian. FYI, jatah 1 KK saya untuk ex lounge itu 2 kali doang sebulan.
Ya udahlah, saya pun keluar gate dan menuju ke restoran fastfood disitu, karena kesal saya jadi lapar dan haus. Sambil menikmati segelas es teh manis dan seporsi ayam nanking, saya kembali mengingat-ingat hari saya yang cukup berantakan. Saya jadi inget kejadian saat transit di Jogja.
Iya, jadi di pesawat dari Yogya ke Jakarta saya ketemu cewek yang super unik
Saat transit di Yogya, penumpang yang akan meneruskan perjalanan ke Jakarta, tidak perlu turun pesawat, karena pihak maskapai hanya akan menurunkan penumpang dan menaikkan penumpang selanjutnya.
Saya duduk di pinggir gang, di tengah kosong, di samping jendela mas-mas berusia sekitar tiga puluhan. Tak lama penumpang dari Yogya mulai naik. Dan ternyata sesosok cewek tinggi semampailah penghuni kursi kosong diantara saya dan si mas.
Saya duduk di pinggir gang, di tengah kosong, di samping jendela mas-mas berusia sekitar tiga puluhan. Tak lama penumpang dari Yogya mulai naik. Dan ternyata sesosok cewek tinggi semampailah penghuni kursi kosong diantara saya dan si mas.
Yang bikin saya terbelalak takjub adalah dandanan si cewek tinggi semampai. Ia mengenakan celana jeans ketat dengan sepatu higheels setinggi 9 cm ( trust me saya mengukurnya), rambut hitam terurai lurus sebahu, ditangannya tersampir jaket berwarna coklat diselipkan diantara tali tas merk Guess berwarna senada. Ada yang belum saya sebut ya. Yup, bajunya, ia mengenakan tank top bermotif animal print macan tutul berpotongan dada sangat rendah. Hampir menunjukkan setengah assetnya.
Saya sudah sering melihat cewek berdandan seperti itu, tapi… tidak dalam jarak yang sangat dekat dengan batang hidung saya. Kalau saya terbelalak takjub, si mas samping jendela melongo nafsu.
Belum sempat hilang ketakjuban saya, tiba-tiba si cewek seksi mengeluarkan BB Torch nya ( iya kala itu BB Torch udah paling paten) dan langsung melingkarkan tangannya di leher saya, “ Mba, foto bareng ya sama aku”, cepret cepret , sebelum saya sempat mengatakan iya, si cewek udah asik jeprat jepret sambil tersenyum manis ke kamera hpnya.
“ Sekali lagi yah mba, mas tolong dong ambilin foto kita”. Saya dan si mas samping jendela dengan tanpa sadar, begitu saja mengiyakan nya. Kalau si mas jelas, dia lagi mabuk kepayang lihat dandanan si cewek seksi. Lah kalau saya?,
gak tahu juga kenapa saya diam saja.
Dan sepanjang perjalanan, saya melihat si mas samping jendela gelisah tak menentu, bingung memutuskan mau melihat pemandangan awan putih di luar jendela atau melihat pemandangan setengah perbukitan di samping kiri. Dan baru kali ini saya berharap agar AC di pesawat suhunya turun beberap puluh derajat. Mulut saya sudah gatal ingin menyuruh si cewek seksi untuk mengenakan jaketnya.
Kenapa saya bilang ni cewek unik?.
Setelah puas berpose dengan saya, dari bibirnya meluncur deras alasan kenapa dia berfoto bareng saya.
“ Buat bukti mba sama cowokku kalau aku beneran pergi bareng teman cewek” katanya sambil sibuk menukar profil Picture BB nya dengan foto saya dan dia. Posenya tentu saja ia yang tersenyum manis berangkulan dengan saya yang bermuka shock. Sial, saya dijadiin alibi sm tuh bocah.
“ Kalau kamu bohong sama cowok kamu, ntar-ntar kamu bakal dibohongin juga sama dia” saya mulai berpetuah sok bijak.
“ ih ngga mba, InsyaAllah cowok saya ngga gitu mba, dia orangnya jujur”
Saya geli mendengar ia mengucap kata InsyaAllah. Fasih juga dia ngucap kata itu disamping dandanannya yang bikin mata saya kelilipan (Social Judgement banget nih). Penampilan luar belum tentu mencerminkan di dalam.
Tak lama tanpa saya minta ia bercerita tentang profesinya. Ternyata ia SPG khusus event-event yang memasarkan suatu produk. Ya makanan, mobil, produk perbankan, sampai rokok. “ Oh Pantes” dalam hati saya ( Judgement lagi)
Saya asik-asik saja mendengar ia bercerita. Mulai dari tarif per event, kehidupan SPG di luar jam kerja, sampai barang-barang bermerk yang menjadi ajang persaingan diantara rekan seprofesi.
“ Nih ya mba, tas ini aku beli harganya satu juta., tapi bagus kan mba”
Hiks, syial, saa yang banker aja tasnya paling banter harga 500 ribu, eh dia yang SPG beli tas sejutaan. Hmm, saya mengangguk-angguk mendengarkan ceritanya. Sesekali saya tersenyum mendengar celotehannya yang serabutan.
“ Ga pengen nyoba jadi pramugari? “ Tanya saya iseng saat seorang pramugari melintas di samping saya.
“ Pengen sih mba, tapi bahasa Inggris saya jelek. Alah mba, pramugari sih sama aja dengan SPG, kehidupannya ya gitu-gitu juga”
“ Gitu-gitu gimana” tanya saya penasaran
“ Ya gitu mba, kalo dah berumur dikit aja ga kepake lagi, sama dengan SPG” jawabnya lugas.
Saya membenarkan dalam hati.
“ Jadi SPG itu enak mba, kalo mau ndapetin satu event, cukup ngelampirin CV dilengkapi foto, udah gitu aja, ga perlu ijazah, ga perlu fotocopy KTP” lanjutnya.
“ Oya” saya mulai tertarik
“Sebulan saya bisa dapet 3 jutaan mba, cukup lah buat belanja sepatu Rotelli, tas KW super dan beberapa baju mba, kerjanya bebas ngatur sendiri, bisa jalan-jalan lagi”
“ Wah, habis dong gajinya kalau buat belanja barang bermerk gitu” tanya saya
“ Ah ga apa-apa mba, kalau habis ya tinggal minta pacar, kalau ga mau ngasi ya pecat aja jadi pacar”
Buseeet, nih cewek kaya buku bacaan terbuka lebar di hadapan saya. Si mas samping jendela senyam senyum menguping pembicaraan kami.
Setiap lima belas menit ia merogoh-rogoh tas Guess nya, mengeluarkan cermin dan mematut-matut wajahnya, mengecek apakah make-up nya perlu di re-touch atau tidak. Sesekali ia mengibas-ngibaskan rambut panjangnya ke belakang, memberikan kesempatan sejenak ke si mas samping jendela untuk melirik malu-malu. Dalam hati saya masih berdoa semoga suhu AC semakin dingin.
Lima menit kemudian, akhirnya ia kedinginan juga. Saya menghembuskan nafas lega, dan si mas samping jendela menghembuskan nafas kecewa.
Seperti kebanyakan profesi, pasti punya suatu parameter yang bisa dikatakan sukses. Kalau bagi saya pribadi, menjadi pegawai OJK adalah merupakan suatu pencapaian yang tinggi. Bagi pramugari mungkin bisa keterima di Singapure Airlines adalah suatu prestise. Bagi cewek disamping saya?
“ Cita-cita saya bisa direkrut jadi Umbrella Girl mba, minimal jadi SPG rokok Marlboro deh. Kalau bisa keterima disitu mba, maka karir SPG saya akan mulus lus, mau event apapun pasti bisa saya dapetin “
Dan begitulah, saya menyematkan julukan cewek unik bin ajaib kepadanya.
Di balik keribetan dandanannya, ternyata keinginannya hanya sesederhana itu. Ralat, sederhana di mata saya, mungkin bagi dia itu adalah puncak prestasi seorang SPG.
Sekarang saya jadi senyum-senyum sendiri sambil mengetik tulisan ini. Ah hari yang pernah saya kutukin itu ternyata tidak terlalu mengerikan.
Saya jadi sadar, di setiap situasi yang terjelek sekalipun, ada hal-hal menyenangkan yang tidak kita duga sebelumnya. Bisa jadi kalau pesawat saya tidak transit si Yogya, maka saya tidak ketemu dengan cewek antik ini, padahal darinya saya dapat banyak kisah menarik soal SPG yang selama ini tidak saya ketahui.
Bisa jadi sampai saat ini saya masih berfikir kalau mau ketemu hal unik di perjalanan harus mendaki gunung lewati lembah dulu, padahal kita bisa menemukannya bahkan di toilet bandara, atau dalam satu jam berdampingan dengan cewek umbrella girl wanna be.
Kalau kamu, pernah ngga ketemu orang unik saat travelling?