ibu bekerja di luaran sana, setuju ngga kalau saya bilang menjadi ibu bekerja itu sungguh menyenangkan.
Hayoo coba angkat tangannya yang setuju.
Satu dua, 893652820 orang, wow.
Baca punya Gesi :
Gimana ngga?
Setiap hari bisa ketemu orang baru, pengalaman baru, melakukan hal-hal seru, dibayar pulak.
Mau beli baju tinggal ke toko, mau beli sepatu tinggal pilih warna.
Mau beli lipstik segambreng aneka warna sesuai warna baju pun ya tinggal klik-klik di onlen shop, ngga pake nunggu uang bulanan suami mampir di ATM.
Mau ke spa, creambath, pijet lulus ya tinggal ke salon tanpa khawatir memikirkan anak yang mengganduli
(Baca : Biar Kere Yang Penting Kece)
Iya, menjadi ibu bekerja itu memang sungguh menyenangkan.
Seharian bisa menjadi diri sendiri, tanpa embel-embel ibunya Tara atau istrinya pak Teguh.
Di kantor, kita dihargai sebagai diri kita sendiri, dihargai karena kerja kita, karena apa yang kita lakukan sebagai diri pribadi.
( Baca : Wanita dan Cita -Cita Yang Meredup )
Duh kebayang gimana adrenalin terpacu saat bos ngasih deadline kerjaan yang kita yakin bisa ngerjainnya tapi jam sudah menunjukkan pukul 5 sore. Bimbang memutuskan mau diterusin atau dipending besok nih.
Akhirnya, sejam kemudian masih berkutat di depan komputer demi semangat kerja yang masih menyala. Kadang heran deh, napa gitu menjelang jam pulang, otak malah on banget.
Saat perusahaan menghargai hasil kerja kita, pujian dari atasan, promosi jabatan menanti, saat itulah eksistensi diri seperti menemukan jodohnya.
Dikompare dengan bonus yang didapat, hati langsung berbunga-bunga. Kepercayaan diri melambung. Pulang ke rumah pun sumringah, seisi rumah langsung kecipratan aura bahagia.
Saat tahun berganti, kinerja dinilai, di kepala langsung terbayang deretan angka yang bakal nyemplung ke rekening. Uang tabungan anak bakal langsung terisi, liburan pun memanggil-manggil di depan mata.
Oh, sungguh menjadi ibu bekerja itu begitu menyenangkan.
Saat di kantor suntuk, berkumpul bersama rekan kerja menjadi refreshing yang menyegarkan.
Haha hihi sambil ngopi-ngopi atau sekedar ngumpul di pantry kantor, becandain teman atau gibahin si bos , sisa hari menjadi lebih berwarna.
Kantor adalah sebenar-benarnya me time.
Belum soal perjalanan dinas.
Berkeliling Indonesia tanpa mengeluarkan uang seperak pun. Mengunjungi kota-kota yang tak mungkin dijabani kalo harus merogoh kocek pribadi, tiba-tiba punya teman dari Sabang sampai Merauke.
Mencicipi hotel demi hotel saat pendidikan, menikmati plesiran colongan, tidur senyenyak yang bisa dilakukan.
Karena perjalanan dinas adalah sebenar-benar liburan.
![]() |
Plesiran colongan |
Iyaaa, menjadi ibu bekerja itu sungguh menyenangkan.
Sampai drama itu datang.
Sehabis libur lebaran atau libur tahun baru, si mba di rumah tak kunjung terlihat sosoknya di depan pintu.
Hati dag dig dug menunggu kabar darinya, cemas melihat hape di tangan, dengan tak sabar akhirnya mencoba menelfon yang akan disambut dengan bunyi tuuuut tuuut tuuut.
Tak lama sebuah dering sms akan berbunyi.
" Maaf bu, saya ngga balik lagi, mau istirahat dulu di kampung"
(Baca : Drama ART )
Hari yang tadi penuh warna pun langsung kelabu.
Keesokan hari, hati galau tiada tara, mau ngantor anak sama siapa?. ngga ngantor apa kata dunia.
Maka sebuah pesan pun dilayangkan ke atasan, ijin memperpanjang cuti.
Tiga hari tak menemukan pengganti si mba, anak dititipkan ke ortulah, ke saudaralah, ke adiklah, atau sementara di daycare dulu.
( Baca : Finally Daycare )
Sepanjang hari di kantor hati tidak tenang, memikirkan sudah makankah anakku?, rewel ngga?, mau tidur ngga? Duh gusti, saat itu juga dalam hati langsung bertekad " Mau resign aja mamaaaaa" huhuhu. Langsung bertekad dalam hati, ngga lagi-lagi ninggalin anak ke tangan orang, berjanji dalam hati akan resign secepatnya.
Di tengah kegalauan, terdengar kabar dari si oma, bahwa ART baru sudah didapat, hati langsung membuncah bahagia. Sirna semua gundah gulana. Janji resign pun pupus sudah. Yeaaaay, Aku punya ART baru.
Karena mba, wawak, teteh, kakak adalah pahlawan sejati penyelamat keluarga.
Hari-hari kembali normal.
Pekerjaan di kantor kembali menanti.
"Target, i'm comiiiiiing"
Ooooh, sungguh menjadi ibu bekerja terasa begitu menggairahkan.
Membuat hidup tidak monoton.
Sampai kemudian, si kecil imut-imut pelita hati tiba-tiba demam, mengigau di malam hari dengan suhu tubuh mencapai 40 derajat.
" Bunda.. bunda" suara lirihnya menggema sambil tangan mungilnya bergelayut manja di leher. Hangat tubuhnya menyatu dengan nafas panas dari mulut mungilnya.
Kembali panik melanda.
Keesokan pagi, tanpa perlu berpikir, sebuah sms kembali melayang ke atasan " Maaf pak/bu, saya tidak masuk kantor karena anak sakit, potong cuti saja"
(Baca : Dear Rekan Kerja, Maafkan Kami Para Working Mom)
Karena anak adalah sebenar-benar harta paling berharga di dunia ini, maka tidak ada yang bisa menggantikan, pun kewajiban menghadiri rapat dengan direksi yang datang dari kantor pusat.
Karena anak adalah sebenar-benar sumber kebahagiaan. Sebenar-benar muara kasih sayang, tujuan berlelah-lelah bekerja selama ini, maka kantor pun menjadi serpihan debu semata.
" Ya Allah, aku mau resign ajah, anakku lebih membutuhkanku"
Maka, surat resign pun kembali dikonsep. Kali ini bertekad bulat untuk berhenti menjadi ibu bekerja dan kembali ke rumah, menjadi sebenar-benar rumah bagi keluarga.
***
Dear working mom
Pernahkah kalian mengalami yang saya rasakan?
Kalau pernah, sini-sini kita ngopi bareng.
Menjadi ibu bekerja memang sungguh menyenangkan. Namun ada kalanya keinginan untuk berhenti begitu kuat.
Bukan, bukan karena lelah, bukan pula karena tidak sanggup menghadapi tekanan pekerjaan.
Ah itu mah cuma seujung upil dibanding kenikmatan bekerja.
Namun, saat ART tidak balik, saat anak sakit, rasanya semua hal yang dilakukan di luar rumah menjadi tidak berharga.
Karena anak dan keluarga adalah sebenar-benar surga di dunia, maka ada kalanya pekerjaan terasa begitu memuakkan.
Tapi.......
Ada denda yang harus dibayar
Ada cicilan yang masih panjang waktunya
Ada orangtua yang punya harapan pada anak perempuannya.
Ada sesuatu yang hanya kita yang tahu yang begitu berat untuk ditinggalkan.
Aaaaah, menjadi ibu bekerja memang sungguh menyenangkan
Namun, pasti ada limit tertentu, entah kapan.
Mungkin hari ini, besok lusa, atau tahun depan.
Kalimat " Pengen resign aja" kembali menggantung di udara.
Rasa khawatir kehilangan momen emas anak mengusik.
Ada kalanya pula ingin bermalas-malasan saja di pagi hari.
Kalimat " Pengen resign aja" kembali menari-nari.
Siapkah kehilangan mimpi-mimpi dan cita-cita?
Sanggupkah sepanjang waktu melakukan pekerjaan rumah tangga?
Relakah tidak memiliki penghasilan sendiri lagi?
Kebimbangan kembali melanda.
Ada konsekuensi dalam setiap keputusan.
( Baca : Profesionalisme Ibu Bekerja )
Maka menjadi ibu bekerja memang sungguh menyenangkan, tapi ada saatnya menjadi ibu rumah tangga tampak begitu membahagiakan.
Dear working mom
Hingga saat itu tiba, mari kuatkan diri.
Pelukan dulu yuk sini.
I feel You moms.
Karena sehebat apapun seorang ibu bekerja, pasti terselip keinginan menghabiskan waktu lebih banyak untuk keluarga.